MASALAH KESEHATAN MULUT DAN GIGI
Disusun Untuk Memenuhi Penugasan Mata Kuliah Epidemiologi P2N&NM
KELOMPOK 2 KELAS D 2010
Anggota :
1.
25010110141029
M.SEPTIAN HADI
2.
25010110141030
ALAN DARMASAPUTRA
3.
25010110141031
FANI ALIZI ILMIFALUTHI
4.
25010110141032
ARDHY PUTERA PIGORAMDHANI
5.
25010110141033
NOVIA ROKHMAWANTI
6.
25010110141034
WANDA QURNIASARI
7.
25010110141035
SUDIATMOKO SUPANGKAT
8.
25010110141037
PRABHASTYAN AZMY
9.
25010110141038
IDA PUSPA SETYOWATI
10.
25010110141039
RIEZKY AULIA YULANDANI
11.
25010110141040
RIRIH PRAYOGI
12.
25010110141042
LUNA OKTARIANI
13.
25010110141043
DEVI PUTRI MELIANASARI
14.
25010110141044
NURCAHYO MAULANA
15.
25010110141045
BALQIS AZ ZAHRA
16.
25010110141046
ISMAH SYARAFINA
17.
25010110141047
EVI SONDANG S
18.
25010110141049
RISMA SHINTA DEWI
19.
25010110141050
MUHAMMAD LUQMAN ANSHORI
20.
25010110141051
FEBY RAHMAWATI
21.
25010110141052
ASTI AWIYATUL B
22.
25010110141053
FITRI APRILIA
23.
25010110141055
OCENA YUSRINA N
24.
25010110141056
INDAH NURVIATI
25.
25010112150029
ESTI SURYANDARI
26.
25010112150030
INDRIANI RETNO SULISTYOWATI
27.
25010112150032
NOVIE FIRMA AYU PARMAWATI
28.
25010112150031
WAHYUNI
FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012
DAFTAR ISI
Daftar Isi..................................................................................................................................3
Bab I Pendahuluan................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
Bab II Pembahasan.................................................................................................................6
2.1
Mulut dan Bagian - Bagiannya
2.2
Karies
2.3
Gingivitis
2.4
Memelihara Kesehatan Gigi
2.5
Diet Makanan
2.6
Menyikat Gigi
2.7
Penambalan Gigi
2.8
Pencabutan Gigi
2.9 Kontrol Enam Bulan Sekali
Bab III Penutup...................................................................................................................35
3.1
Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut merupakan
bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dan lainnya karena
akan mempengaruhi kesehatan tubuh keseluruhan. Gigi merupakan salah satu bagian
tubuh yang berfungsi untuk mengunyah, berbicara dan mempertahankan bentuk muka,
sehingga penting untuk menjaga kesehatan gigi sedini mungkin agar dapat
bertahan lama dalam rongga mulut. Kelainan-kelainan yang bisa terjadi di dalam
mulut adalah gigi berlubang, penyakit atau radang gusi dan gigi berjejal.
Karies gigi dan radang gusi (gingivitis) merupakan penyakit gigi dan jaringan
pendukung gigi yang banyak dijumpai pada anak-anak sekolah dasar di Indonesia,
serta cenderung meningkat setiap dasawarsa.
Masalah terbesar yang dihadapi penduduk
Indonesia seperti juga di negara - negara berkembang lainnya di bidang
kesehatan gigi dan mulut adalah penyakit
jaringan keras gigi (caries dentin). Hal ini karena prevalensi karies di
Indonesia mencapai 80%. Usaha untuk mengatasinya belum memberikan hasil yang
nyata bila diukur dengan indikator kesehatan gigi masyarakat. Tingginya
prevalensi karies gigi serta belum berhasilnya usaha untuk mengatasinya mungkin
dipengaruhi oleh faktor - faktor distribusi penduduk, faktor lingkungan, faktor
perilaku, dan faktor pelayanan kesehatan gigi yang berbeda-beda pada masyarakat
Indonesia.
Karies gigi adalah suatu proses
kerusakan yang dimulai dari email terus ke dentin dan merupakan suatu penyakit
yang berhubungan dengan banyak faktor. Ada empat faktor utama yang saling
mempengaruhi untuk terjadinya karies yaitu faktor host yang meliputi gigi dan
saliva, faktor ke dua ialah mikroorganisme, ke tiga adalah substrat dan ke
empat adalah waktu.
Selain faktor langsung yang ada di dalam
mulut, terdapat faktor-faktor tidak langsung yang disebut faktor risiko luar
yang merupakan faktor predisposisi dan faktor penghambat terjadinya karies.
Faktor luar antara lain adalah usia, jenis kelamin, keadaan penduduk dan
lingkungan, pengetahuan, kesadaran dan perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan gigi, misalnya pengetahuan mengenai jenis makanan dan minuman yang
menyebabkan karies.
Studi epidemiologi menunjukkan bahwa
kejadian karies sangat berbeda antara kelompok-kelompok penduduk, tetapi diet
dipertimbangkan sebagai perbedaan utama antara kelompok-kelompok bangsa
meskipun ada juga faktor genetik. Telah dibuktikan dari berbagai penelitian bahwa gula dalam diet merupakan
penyebab utama karies. Suku bangsa yang mengkonsumsi gula lebih tinggi, kariesnya
lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang mengkonsumsi gula lebih rendah.
Peningkatan keadaan sosial ekonomi dan
pola hidup masyarakat juga sangat berpengaruh pada peningkatan penyakit gigi
dan mulut. Hal ini antara lain disebabkan karena adanya perubahan perilaku
masyarakat serta kemampuan dalam menyediakan makanan yang bersifat kariogenik
seperti gula, permen dan coklat.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di
atas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian
ini adalah :
a. Bagaimanakah
anatomi mulut dan bagian – bagian mulut?
b. Apakah
yang dimaksud dengan karies gigi?
c. Apakah
yang dimaksud dengan gingvitis?
d. Bagaimanakah
diet makanan bagi mulut?
e. Bagaimanakah
cara menyikat gigi yang baik?
f. Bagaimanakah
proses penambalan gigi?
g. Bagaimanakah
proses pencabutan gigi?
h. Bagaimanakah
perawatan gigi yang baik (kontrol gigi 6 bulan sekali)?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui
anatomi mulut dan bagian – bagian
mulut
b. Mengetahui
mengenai karies gigi
c. Mengetahui
mengenai gingvitis
d. Mengetahui
diet makanan yang baik bagi mulut
e. Mengetahui
cara menyikat gigi yang baik
f. Mengetahui
proses penambalan gigi
g. Mengetahui
proses pencabutan gigi
h. Mengetahui
perawatan gigi yang baik (kontrol gigi 6 bulan sekali)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Mulut dan Bagian – Bagiannya
Mulut
dibentuk oleh 2 rahang, yakni rahang atas dan rahang bawah. Pada rahang ini
terdapat gigi dan gusi. Gigi dan mulut sendiri berfungsi untuk menguyah,
berbicara, dan memberikan bentuk yang harmonis pada muka.
Gigi
tersusun atas lapisan-lapisan. Lapisan-lapisan pada gigi yakni :
1. Email
: lapisan terluar yang
keras dan kuat
2. Dentin
: lapisan dibawah email
yang lebih lunak mudah rusak
3. Pulpa : lapisan yang berisi
pembuluh darah dan saraf
4. Gusi : laringan lunak yang ada
dalam mulut
5. Cementum : lapisan luar akar gigi
6. Jar.
Periodontal : jaringan yang memegang
gigi sehingga melekat pada rahang
7. Tulang
alveolar : tulang tempat melekatnya gigi
2.2
Karies
1.
Definisi
Karies
berasal dari bahasa Latin yaitu caries yang artinya kebusukan. Karies
gigi adalah suatu proses kronis regresif yang dimulai dengan larutnya mineral
email sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya
yang disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial dari substrat sehingga timbul
destruksi komponen-komponen organik yang akhirnya terjadi kavitas.
Karies
adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan cementum yang
disebabkan oleh aktivitas jazad renik terhadap suatu jenis karbohidrat yang
dapat diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang
kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya (Kidd & Bechal, 1992).
Karies
merupakan proses demineralisasi yang disebabkan oleh suatu interaksi antara
(produk-produk) seperti: mikroorganisme, ludah, bagian-bagian yang berasal dari
makanan dan email (Houwink & Winchel, 2000).
2.
Penyebab
Keberadaan
bakteri dalam mulut merupakan suatu hal yang normal. Bakteri dapat mengubah
semua makanan, terutama gula, menjadi asam. Bakteri, asam, sisa makanan, dan
ludah akan membentuk lapisan lengket yang melekat pada permukaan gigi. Lapisan
lengket inilah yang disebut plak. Plak akan terbentuk 20 menit setelah makan.
Zat asam dalam plak akan menyebabkan jaringan keras gigi larut dan
terjadilah karies. Bakteri yang paling
berperan dalam menyebabkan karies adalah
Streptococcus mutans.
3.
Gejala
Karies ditandai dengan adanya lubang
pada jaringan keras gigi, dapat berwarna coklat atau hitam.
Gigi berlubang biasanya tidak terasa
sakit sampai lubang tersebut bertambah besar dan mengenai persyarafan dari gigi
tersebut. Pada karies yang cukup dalam, biasanya keluhan yang sering dirasakan
pasien adalah rasa ngilu bila gigi terkena rangsang panas, dingin, atau manis.
Bila dibiarkan, karies akan bertambah besar dan dapat mencapai kamar pulpa,
yaitu rongga dalam gigi yang berisi jaringansyaraf dan pembuluh darah. Bila
sudah mencapai kamar pulpa, akan terjadi proses peradangan yang menyebabkan
rasa sakit yang berdenyut. Lama kelamaan, infeksi bakteri dapat menyebabkan
kematian jaringan dalam kamar pulpa dan infeksi dapat menjalar ke jaringan
tulang penyangga gigi, sehingga dapat terjadi abses.
4.
Proses
Karies Gigi
Proses terjadinya karies gigi
dimulai dengan adanya plaque di permukaan gigi, sukrosa (gula)
dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu tertentu yang berubah
menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5) dan akan
menyebabkan demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi. Secara
perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan ke arah dentin melalui lubang
fokus tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan lubang).
Kavitasi baru timbul bila
dentin terlibat dalam proses tersebut. Namun kadang-kadang begitu banyak
mineral hilang dari inti lesi sehingga permukaan mudah rusak secara mekanis,
yang menghasilkan kavitasi yang makrokopis dapat dilihat. Pada karies dentin
yang baru mulai terlihat hanya lapisan keempat (lapisan transparan, terdiri
dari tulang dentin sklerotik, kemungkinan membentuk rintangan terhadap
mikroorganisme dan enzimnya) dan lapisan kelima (lapisan opak/tidak tembus penglihatan,
di dalam tubuli terdapat lemak yang mungkin merupakan gejala degenerasi
cabang-cabang odontoblast). Baru setelah terjadi kavitasi, bakteri akan
menembus tulang gigi. Pada proses karies yang amat dalam, tidak terdapat
lapisan-lapisan tiga (lapisan demineralisasi, suatu daerah sempit,
dimana dentin partibular diserang), lapisan empat dan lapisan lima.
Akumulasi plak pada permukaan
gigi utuh dalam dua sampai tiga minggu menyebabkan terjadinya bercak putih.
Waktu terjadinya bercak putih menjadi kavitasi tergantung pada umur, pada
anak-anak 1,5 tahun dengan kisaran 6 bulan ke atas dan ke bawah, pada umur 15
tahun, 2 tahun dan pada umur 21-24 tahun, hampir tiga tahun. Tentu saja
terdapat perbedaan individual. Sekarang ini karena banyak pemakaian flourida,
kavitasi akan berjalan lebih lambat daripada dahulu.
Pada anak-anak, kerusakan
berjalan lebih cepat dibanding orang tua, hal ini disebabkan:
a.
Email gigi yang
baru erupsi lebih mudah diserang selama belum selesai maturasi setelah erupsi
(meneruskan mineralisasi dan pengambilan flourida) yang berlangsung
terutama 1 tahun setelah erupsi.
b.
Remineralisasi
yang tidak memadai pada anak-anak, bukan karena perbedaan fisiologis, tetapi
sebagai akibat pola makannya (sering makan makanan kecil)
c.
Lebar tubuli pada
anak-anak mungkin menyokong terjadinya sklerotisasi yang tidak memadai
d.
Diet yang buruk dibandingkan dengan orang
dewasa, pada anak-anak terdapat jumlah ludah dari kapasitas buffer yang
lebih kecil, diperkuat oleh aktivitas proteolitik yang lebih besar di dalam
mulut.
5.
Klasifikasi
Karies Gigi
a.
Berdasarkan Stadium
Karies (dalamnya karies)
·
Karies Superfisialis di
mana karies baru mengenai enamel saja, sedang dentin belum terkena.
·
Karies Media di mana
karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin.
·
Karies Profunda di mana
karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-kadang sudah
mengenai pulpa.
b.
Berdasarkan Keparahan
atau Kecepatan Berkembangnya
·
Karies Ringan
Kasusnya disebut
ringan jika serangan karies hanya pada gigi yang paling rentan seperti pit
(depresi yang kecil, besarnya seujung jarung yang terdapat pada permukaan
oklusal dari gigi molar) dan fisure (suatu celah yang dalam dan memanjang pada
permukaan gigi) sedangkan kedalaman kariesnya hanya mengenai lapisan email
(iritasi pulpa).
·
Karies Sedang
Kasusnya
dikatakan sedang jika serangan karies meliputi permukaan oklusal dan aproksimal
gigi posterior. Kedalaman karies sudah mengenai lapisan dentin (hiperemi
pulpa).
·
Karies Berat/Parah
Kasusnya
dikatakan berat jika serangan juga meliputi gigi anterior yang biasanya bebas
karies. Kedalaman karies sudah mengenai pulpa, baik pulpa tertutup maupun pulpa
terbuka (pulpitis dan gangren pulpa). Karies pada gigi anterior dan posterior
sudah meluas ke bagian pulpa.
6.
Faktor
Etiologi
Ada yang membedakan faktor etiologi
atau penyebab karies atas faktor penyebab primer yang langsung mempengaruhi
biofilm (lapisan tipis normal pada permukaan gigi yang berasal dari saliva) dan
faktor modifikasi yang tidak langsung mempengaruhi biofilm. Karies terjadi
bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit menular lainnya
tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu.
Pada tahun 1960-an oleh Keyes dan Jordan (cit. Harris and Christen, 1995), karies
dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang
menjadi penyebab terbentuknya karies. Ada empat faktor utama yang memegang
peranan yaitu 1) faktor host atau tuan rumah, 2) agen atau mikroorganisme, 3)
substrat atau diet dan, 4) faktor waktu. Untuk terjadinya karies, maka kondisi
setiap faktor tersebut harus saling mendukung yaitu tuan rumah yang rentan,
mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama.
1) Faktor
Host Atau Tuan Rumah
Ada beberapa faktor yang
dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap karies yaitu faktor
morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia dan
kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies
karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan
fisur yang dalam. Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan
plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi. Enamel merupakan
jaringan tubuh dengan susunan kimia kompleks yang mengandung 97% mineral
(kalsium, fosfat, karbonat, fluor), air 1% dan bahan organik 2%. Bagian luar
enamel mengalami mineralisasi yang lebih sempurna dan mengandung banyak fluor,
fosfat dan sedikit karbonat dan air. Kepadatan kristal enamel sangat menentukan
kelarutan enamel.Semakin banyak enamel mengandung mineral maka kristal enamel
semakin padat dan enamel akan semakin resisten. Gigi susu lebih mudah terserang
karies daripada gigi tetap. Hal ini disebabkan karena enamel gigi susu
mengandung lebih banyak bahan organik dan air sedangkan jumlah mineralnya lebih
sedikit daripada gigi tetap. Selain itu, secara kristalografis kristal-kristal
gigi susu tidak sepadat gigi tetap. Mungkin alasan ini menjadi salah satu
penyebab tingginya prevalensi karies pada anak-anak.
2) Faktor
agen atau mikroorganisme
Plak gigi memegang peranan peranan
penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak
yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu
matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak
dibersihkan. Hasil penelitian menunjukkan komposisi mikroorganisme dalam plak
berbeda-beda. Pada awal pembentukan plak, kokus gram positif merupakan jenis
yang paling banyak dijumpai seperti Streptokokus mutans, Streptokokus sanguis,
Streptokokus mitis dan Streptokokus salivarius serta beberapa strain lainnya.
Selain itu, ada juga penelitian yang menunjukkan adanya laktobasilus pada plak
gigi. Pada penderita karies aktif, jumlah laktobasilus pada plak gigi berkisar
104 – 105 sel/mg plak. Walaupun demikian, S. mutans yang diakui sebagai
penyebab utama karies oleh karena S. Mutans mempunyai sifat asidogenik dan
asidurik (resisten terhadap asam).
3) Faktor substrat atau diet
Faktor substrat atau diet dapat
mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi
mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi
metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan
untuk memproduksi asam serta bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya
karies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak mengonsumsi
karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi,
sebaliknya pada orang dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein
hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi. Hal ini penting
untuk menunjukkan bahwa karbohidrat memegang peranan penting dalam terjadinya
karies.
4) Faktor waktu
Secara umum, karies dianggap
sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang dalam waktu beberapa bulan
atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu
kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.
7.
Epidemiologi
Karies Gigi
a.
Distribusi
Frekuensi
Status karies
gigi menurut karakteristik penduduk Indonesia (Profil Kesehatan Gigi dan Mulut
Tahun 1999):
·
Prevalensi karies
berdasarkan jenis kelamin :
Laki-laki
(90,05%)
Perempuan(91,67%)
·
Prevalensi karies
berdasarkan daerah :
Urban (91,06%)
Rural (90,84%)
·
Prevalensi karies
berdasarkan pulau :
Jawa dan Bali (86,59%),
Sumatera (94,41%),
Kalimantan (94,85%),
Sulawesi (99,28%)
·
Prevalensi karies
berdasarkan umur :
12 tahun (76,62%),
15 tahun (89,38%),
18 tahun (83,50%),
35-44 tahun (94,56%),
dan 65 tahun ke atas (98,57%)
b.
Determinan
·
Umur
1)
Umur 1-2 tahun
Studi oleh
Kohler et all (1978,1982), bahwa pada ibu-ibu dengan saliva yang
mengandung banyak Streptococcus mutans sering menularkannya kepada bayi mereka
segera setelah gigi susunya tumbuh, hal ini menyebabkan tingginya kerentanan
terhadap karies.
2)
Umur 5-7 tahun
Studi oleh
Carvalho et all (1989) menunjukkan bahwa pada masa ini permukaan oklusal
(kunyah) gigi molar pertama sedang berkembang, pada masa ini gigi rentan karies
sampai maturasi kedua (pematangan jaringan gigi) selesai selama 2 tahun.
3)
Umur 11-14 tahun
Merupakan usia
pertama kali dengan gigi permanen keseluruhan. Pada masa ini gigi molar kedua
rentan terhadap karies sampai maturasi kedua selesai.
4)
Umur 19-22 tahun
Adalah kelompok
umur berisiko pada usia remaja. Pada masa ini gigi molar ke tiga rentan karies
sampai maturasi keduanya selesai. Di usia ini pula biasanya orang-orang
meninggalkan rumah untuk belajar atau bekerja di tempat lain, yang selanjutnya
dapat menyebabkan perubahan tidak hanya gaya hidup tapi juga pada kebiasaan makan
dan menjaga kebersihan mulut.
·
Jenis
Kelamin
Dari pengamatan yang dilakukan
Milhann-Turkeheim pada gigi M1, didapat hasil bahwa persentase karies gigi pada
wanita adalah lebih tinggi dibanding pria.Selama masa kanak-kanak dan remaja,
wanita menunjukkan nilai DMF yang lebih tinggi daripada pria. Walaupun
demikian, umumnya oral higiene wanita lebih baik sehingga komponen gigi yang
hilang (M=Missing) lebih sedikit.
·
Sosial
Ekonomi
Karies dijumpai lebih rendah pada
kelompok sosial ekonomi rendah dan sebaliknya. Hal ini dikaitkan dengan lebih
besarnya minat hidup sehat pada kelompok sosial ekonomi tinggi.
Tirthankar (2002), ada dua faktor sosial
ekonomi yaitu pekerjaan dan pendidikan. Pendidikan adalah faktor kedua terbesar
yang mempengaruhi status kesehatan. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan
tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga
akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat.
·
Penggunaan
Flour
Rugg-Gunn (2000) di Inggris
menyatakan bahwa penggunaan fluor sangat efektif untuk menurunkan prevalensi
karies, walaupun penggunaan fluor tidaklah merupakan satusatunya cara mencegah
gigi berlubang.
Dr. Trendly Dean dilaporkan bahwa
ada hubungan timbal balik antara konsentrasi fluor dalam air minum dengan
prevalensi karies.Penelitian epidemiologi Dean ditandai dengan perlindungan
terhadap karies secara optimum dan terjadinya mottled enamel (keadaan email
yang berbintik-bintik putih, kuning, atau coklat akibat kelebihan
fluor/fluorosis) yang minimal apabila konsentrasi fluor kurang dari 1 ppm.
·
Pola
Makan
Setiap
kali seseorang mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat,
maka beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai memproduksi
asam sehingga pH saliva menurun dan terjadi demineralisasi yang berlangsung
selama 20-30 menit setelah makan. Di antara periode makan, saliva akan bekerja
menetralisir asam dan membantu proses remineralisasi. Namun, apabila makanan
berkarbonat terlalu sering dikonsumsi, maka email gigi tidak akan mempunyai
kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna sehingga terjadi
karies.
·
Kebersihan
Mulut
Diketahui bahwa
salah satu komponen dalam pembentukan karies adalah plak. Orang yang rutin
menyikat gigi akan memiliki faktor risiko lebih kecil untuk karies dibandingkan
yang tidak rutin menggosok gigi.
·
Merokok
Nicotine yang dihasilkan
oleh tembakau dalam rokok dapat menekan aliran saliva, yang menyebabkan
aktivitas karies meningkat. Dalam hal ini karies ditemukan lebih tinggi pada
perokok dibandingkan dengan bukan perokok.
·
Pengalaman
karies
Penelitian
epidemiologis telah membuktikan adanya hubungan antara pengalaman karies dengan
perkembangan karies di masa mendatang. Sensitivitas parameter ini hampir
mencapai 60%. Prevalensi karies pada gigi desidui dapat memprediksi karies pada
gigi permanennya.
·
Jumlah
bakteri
Segera
setelah lahir akan terbentuk ekosistem oral yang terdiri atas berbagai jenis
bakteri. Kolonisasi bakteri di dalam mulut disebabkan transmisi antar manusia,
yang paling banyak dari ibu atau ayah. Bayi yang memiliki jumlah S. mutans yang
banyak, maka usia 2-3 tahun akan mempunyai risiko karies yang lebih tinggi pada
gigi susunya. Walaupun laktobasilus bukan merupakan penyebab utama karies,
tetapi bakteri ini ditemukan meningkat pada orang yang mengonsumsi karbohidrat
dalam jumlah banyak.
·
Saliva
Selain
mempunyai efek bufer, saliva juga berguna untuk membersihkan sisa-sisa makanan
di dalam mulut. Aliran saliva pada anak-anak meningkat sampai anak tersebut
berusia 10 tahun, namun setelah dewasa hanya terjadi peningkatan sedikit. Tidak
hanya umur, beberapa faktor lain juga dapat menyebabkan berkurangnya aliran
saliva. Pada individu yang berkurang fungsi salivanya, maka aktivitas karies
akan meningkat secara signifikan.
8.
Diagnosa
a. Detectable explorer “stick”
b. Radiographs
c. Visual
d. Laser caries detector
9.
Intervensi
a. Sikat
gigi dengan pasta gigi berfluoride dua kali sehari, pada pagi hari setelah sarapan
dan malam hari sebelum tidur.
b. Lakukan
flossing sekali dalam sehari untuk mengangkat plak dan sisa makanan yang
tersangkut di antara celah gigi-geligi.
c. Hindari
makanan yang terlalu manis dan lengket, juga kurangi minum minuman yang manis
seperti soda.
d. Lakukan
kunjungan rutin ke dokter gigi tiap 6 bulan sekali.
e. Perhatikan
diet pada ibu hamil dan pastikan kelengkapan asupan nutrisi, karena pembentukan
benih gigi dimulai pada awal trimester kedua.
f.
Penggunaan fluoride
baik secara lokal maupun sistemik.
2.3 Gingivitis
a. Pengertian
Radang
gusi (gingivitis) adalah keadaan di mana terjadi perubahan struktural pada
gusi. Ditandai dengan adanya perubahan bentuk dan warna pada gusi. Radang gusi
disebabkan karena kurang memperhatikan kebersihan mulut. Jika tidak segera
ditanggulangi akan mengakibatkan enfeksi yang membahayakan anatomi tubuh
lainnya.
Radang
gusi disebut juga penyakit gusi atau penyakit periondotal, yang diakibatkan
pertumbuhan bakteri di mulut dan yang lebih parah lagi jika tidak segera
diobati maka gigi
akan hilang dikarenakan jaringan mengelilingi gigi. Gusi berdarah bisa
disebabkan oleh berbagai hal. Penyebab yang paling sering adalah adanya plak
dan karang gigi (kalkulus) yang menempel pada permukaan gigi. Gigi kita
dilapisi oleh lapisan transparan licin yang disebut pellicle. Pellicle yang
dikolonisasi oleh bakteri disebut plak. Selanjutnya, bila tidak dibersihkan
maka plak dapat mengalami mineralisasi (pengerasan), sehingga membentuk karang
gigi yang melekat pada permukaan gigi. Biasanya karang gigi dijumpai pada leher
gigi.
Karang gigi tidak hanya melekat
pada permukaan gigi yang tampak (terletak di atas garis gusi), tapi juga dapat
melekat pada permukaan gigi yang tertutup oleh gusi. Pada permukaan karang gigi
biasanya juga terdapat koloni bakteri. Koloni bakteri pada plak dan karang gigi
inilah yang mengakibatkan kerusakan jaringan penyangga gigi, yang dimulai dari
gingiva (bagian gusi yang dapat kita lihat). Keadaan ini disebut gingivitis
(radang gusi). Karena ada peradangan maka gusi menjadi mudah berdarah apabila
terkena trauma mekanis, misalnya sikat gigi atau tusuk gigi. Jadi, gusi
berdarah adalah tanda awal adanya kerusakan gusi.
Apabila tidak segera ditangani
maka karang gigi dapat terus bertambah sehingga perlekatan gusi pada permukaaan
gigi menjadi lepas dan terbentuk adanya kantung pada gusi (disebut periodontal
pocket). Kondisi ini disertai juga dengan perdarahan gusi dan kerusakan tulang
penyangga gigi. Akibatnya bila tidak segera ditangani gigi menjadi goyang dan
akhirnya tanggal. Keadaan ini disebut periodontitis.
b.
Perbedaan Antara Radang Gusi ( Gingivitis) Dan
Penyakit Gusi (Periodontitis).
Radang
Gusi (Gingivitis) biasanya lebih dahulu daripada Penyakit Gusi (Periodontitis).
Tetapi belum tentu Radang Gusi menjadi Penyakit Gusi. Radang Gusi terbentuknya
bakteri dalam plak yang menyebabakan gusi menjadi meradang (merah dan bengkak)
dan mudah berdarah di saat gosok gigi. Jika radang gigi tidak segera diatasi
bisa berakibat penyakit gusi. Pada orang yang terkena penyakit gusi, lapisan
bagian dalam gusi dan tulang menjauh dari gigi dan membebtuk kantung. dan ruang
– ruang kecil gigi dapat ditempati oleh bakteri – bakteri. bakteri ini dapat
menyebabkan toksin atau racun dalam plak.
c.
Penyebab Gingivitis
Radang
gusi (gingivitis) disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya :
1)
Adanya karang gigi,
2)
Bakteri,
3)
Sisa makanan (plak) pada gigi,
4)
Cara menyikat gigi yang salah,
5)
Bernafas melalui mulut. Karena bernafas melalui mulut
membuat gigi menjadi kering dan gusi
mudah teriritasi.
6)
Stress, sering merokok, pubertas, haid tidak teratur,
kehamilan dan faktor lain yaitu Diabetes Melitus (DM).
d.
Tanda dan Gejala Gingivitis
1)
Biasanya mengeluh mulut bau, gusi bengkak mudah
berdarah, tanpa nyeri, hanya kadang terasa gatal.
2)
Pada pemeriksaan gusi tampak bengkak, berwarna lebih
merah dan mudah berdarah pada sondasi.
3)
Kebersihan mulut biasanya buruk.
4)
Salah satu bentuk radang gusi adalah perikoronitis yang
gejalanya lebih berat, yaitu demam, dan sukar membuka mulut.
e. Cara
mencegah timbulnya Gingivitis
1)
Rajin memperbaiki kebersihan mulut dan berkumur dengan
obat kumur.
2)
Rajin menggosok
gigi secara benar dan teratur sesuai anjuran dokter, minimal 2 kali sehari.
3)
Bersihkan rongga mulut setiap 3 atau 6 bulan sekali.
4)
Bersihkan karang gigi oleh dokter gigi.
5)
Bila sudah terjadi radang gusi dan dengan perbaikan
kebersihan tidak sembuh, obati dengan antibiotic Amoksisilin 500 mg 3 x sehari
selama 5 hari, Anti nyeri dan anti inflamasi.
6)
Banyak mengonsumsi buah-buahan yang mengonsumsi vitamin
C karena berkhasiat sebagai antioksidan dan meningkatkan kekebalan tubuh.
Sumber vitamin C alami banyak terdapat pada buah-buahan segar seperti jambu
biji, jeruk, tomat, sirsak dan mangga.
7)
Menurut penelitian, brokoli dapat mencegah terjadinya
infeksi termasuk infeksi kuman penyebab radang gusi.
8)
Hindari rokok karena dapat meningkatkan reiko terkena
radang gusi.
9)
Banyak minum air putih.
f. Klasifikasi Gingivitis
1) Berdasarkan
lamanya peradangan gingival
-
Akut
: Peradangan
gingival dengan durasi
singkat,setelah
perawatan dari
pasien sendiri dapat mengembalikan
status sehat.
-
Kronis : Gingivitis durasi lama, terjadi sampai bertahun-tahun periodontitis.
2) Berdasarkan
perluasan
peradangan
-
Terlokalisasi
: membatasi peradangan jaringan
gingiva
pada gigi
atau sebagian.
-
General
: peradangan
jaringan gingiva
pada seluruh
mulut.
3)
Berdasarkan Distribusi Inflamasi
- Papila
: inflamasi
jaringan pada seluruh mulut.
- Marginal : inflamasi pada
margin dan papila.
- Diffuse : inflamai pada margin gingiva.
g. Tipe Gingivitis
Gingivitis dapat dibagi dalam 3 kelompok
besar yaitu :
a.
Disebabkan oleh bakteri yang berakumulasi dalam sulkus
gingiva dan permukaan gigi.
b.
Disertai dengan nekrosis.
c.
Tidak ada hubungannya dengan plak dan tidak dimulai dari
marginal.
Gingivitis yang ada hubungannya
dengan plak bakteri dimulai dari gingiva paling koronal sebab di sana tempat
lokasi bakteri penyebab. Penyebaran penyakit lebih ke apikal hanya terjadi bila
penyakit menjadi lebih parah. Hanya pada keadaan yang sangat parah atau bila
diperparah oleh kondisi sistemik, gingivitis yang disebabkan oleh plak ini akan
menyebar dari marginal gingiva ke mucogingival junction. Gingivitis yang tidak
ada hubungannya dengan plak biasanya mengenai seluruh mulut oleh karena
penyebabnya faktor sistemik atau distribusinya tidak ada hubungannya dengan sulkus
gingiva atau margin gingiva.
h.
Gingivitis yang Ada Kaitannya
dengan Plak Bakteri
1)
Gingivitis ‑ Plak Bakteri ‑ Tidak
Berkembang
Gingivitis
yang disebabkan oleh plak bakteri adalah bentuk penyakit periodontal yang
paling umum/sering terjadi dan dengan prevalensi yang paling tinggi. Walaupun
gingivitis yang disebabkan oleh plak bakteri mempunyai komposisi bakteri
berbeda dengan gingiva sehat, komposisi floranya tidaklah sangat spesifik.
Dengan demikian diagnosa bakteriologis bukan metoda yang menjadi pilihan. Lebih
tepat bila diagnosa dilakukan secara klinis.
Secara
klinis gingivitis menunjukkan perubahan pada kontur dan kekerasan normal
gingiva menjadi membengkak dalam berbagai derajat edema atau fibrosis pada
kebanyakan kasus dan pada kasus tertentu dimodifikasi oleh kondisi sistemik.
Pada
mereka dengan warna kulit yang lebih muda, warna merah muda gingiva menjadi
merah atau merah kebiruan. Pada mereka dengan warna kulit gelap, perubahan
warna gingiva tidak begitu jelas, tergantung intensitas pigmentasi normal,
mungkin berwarna merah kebiruan dengan edema.
2)
Gingivitis - Plak Bakteri -
Diperparah Keadaan Sistemik.
Kondisi sistemik belum tentu sebagai
bagian penyebab terjadinya gingivitis. Di lain pihak penampakan klinis
gingivitis dapat menunjukkan adanya faktor sistemik. Beberapa kondisi sistemik
mempunyai peranan dalam berkembangnya gingivitis menjadi periodontitis, sedang
beberapa kondisi sistemik lainnya mengubah penampilan gingivitis tanpa
mengurangi kemampuan respon host untuk tidak berkembang ke periodontitis.
Termasuk
kondisi sistemik yang disebut pertama adalah gangguan darah seperti neutropenia
dan yang disebut belakangan adalah hormon sex, obat‑obatan tertentu dan
penyakit sistemik lainnya. Resiko terjadinya periodontitis meningkat semata-mata
disebabkan oleh bertambahnya akumulasi plak pada gingiva yang membesar sehingga
sukar dibersihkan.
i.
Gingivitis yang berhubungan dengan hormon sex.
Kehamilan
dapat dikaitkan dengan gingivitis dan kadang‑kadang terjadi ploriferasi lokal
yang dikenal sebagai pregnancy tumor. Kelainan tersebut di atas bukan
neoplasma, tetapi keradangan dengan pembesaran gingiva.
Pembesaran
gingiva yang terjadi dipengaruhi oleh gangguan keseimbangan hormon pada
kehamilan. Fenomena yang sama terlihat pada pemakaian pil kontrasepsi oral.
Gingivitis pada kehamilan lebih parah daripada gingivitis pada keadaan tidak
hamil.
j.
Gingivitis yang ada kaitannya dengan obat‑obatan.
Penampakan
klinis gingivitis dapat termodifikasi oleh obat‑obatan yang digunakan secara
sistemik terutama obat anti konvulsi, obat kardiovascular dan immonosupresi
tertentu. Terjadi hipertrofi elemen jaringan ikat (terutama kolagen) sehingga
terlihat gingiva membesar.
Keradangan
yang terjadi disebabkan oleh akumulasi plak bakteri. Prototipe dan hipertrofi
gingiva dari obat untuk sistem syaraf pusat tersebut di atas adalah phenytoin
(diphenylhydantoin). Sekitar 50% pemakai phenytoin dalam jangka waktu panjang
mengalami pertumbuhan gingiva.
Hipertrofi
hasil obat kardiovascular terutama adalah golongan calcium channel blockers
seperti infedipine dan oxodipine. Beberapa calcium channel blockers lainnya
juga mempunyai kaitan dengan pertumbuhan berlebihan gingiva. Cyclosporin
sebagai immosupresi adalah golongan obat yang berperan besar terhadap
terjadinya hipertrofi gingiva. Dengan kontrol plak yang baik dapat mengurangi
keparahannya.
k.
Gingivitis yang berkaitan dengan penyakit sistemik.
Modifikasi
kondisi pada gingiva selain yang tersebut di atas dapat dihasilkan dari
beberapa penyakit sistemik. Hal ini terlihat pada keradangan gingiva yang parah
terutama pada anak‑anak, yang keparahannya tidak sebanding dengan plak gigi
yang ditemukan. Kondisi di atas mungkin dipengaruhi oleh adanya gangguan darah
seperti leucemia dan granulositosis. Demikian pula dengan efek lanjut dari
kekurangan Vitamin C terutama bertambahnya perdarahan gingiva.
l.
Necrotizing Ulcerative Gingivitis
(NUG)
Terjadi ulserasi pada margin gingiva
dan papila, interdental menjadi cekung, beradang dan sakit. Terdapat
limfadenopati, suhu meningkat, bau mulut tidak enak dan pseudomembrane rapuh di
atas daerah yang terkena penyakit. Pada permulaan ditemukannya, dilaporkan NUG
ada kaitannya dengan bakteri fusospiroheta kompleks. Pada akhir-akhir ini
dilaporkan bahwa spireheta masuk ke dalam jaringan nekrosis dan berada dalam
NUG. Studi kultur terhadap plak penyebab ditemukan spesies trepomena dan
selenomonus bersama dengan Bacteroides, Eusobakterium Sp dan lain‑lain.
Tidaklah jelas bedanya dengan komposisi bakteri yang terdapat pada bentuk
gingivitis lainnya atau periodontitis. NUG sepertinya merupakan manifestasi
infeksi berbagai bakteri yang dimodifikasi oleh keadaan sistemik penentu
(determinant) tertentu.
1) Necrotizing Ulcerative Gingivitis,
Faktor Sistemik Tidak Diketahui.
NUG secara tradisional dikaitkan dengan stres mental dan
fisik. Hubungan yang tepat dan mekanisme bagaimana stres menghasilkan nekrosis
masih perlu dibuktikan.
2) Necrotizing Ulcerative Gingivitis
yang Ada Hubungannya dengan HIV.
Lesi ulserasi pada gingiva seperti NUG dapat ditemukan pada
beberapa kasus AIDS. Infeksi HIV perlu diwaspadai bila terlihat tanda‑tanda
NUG.
m.
Gingivitis, Tanpa Plak Gigi
Dua
keadaan yang memberi kesan bahwa keradangan gingiva yang terjadi bukan oleh
karena plak bakteri adalah tidak terjadi penyembuhan pada gingivitis dengan
kontrol plak secara mekanis dan kemis yang dilakukan dengan sangat baik.
Gingivitis yang disebabkan faktor bukan plak tidak menunjukkan bahwa kelainan
berasal dari margin gingiva.
1) Gingivitis
yang Ada Hubungannya dengan Penyakit Kulit
Gingiva dapat beradang, disebabkan oleh penyakit pada kulit.
Mungkin saja yang tersangkut pertama dalam kasus ini adalah gingiva, tetapi
umumnya merupakan manifestasi penyakit pada permukaan tubuh yang manapun.
Penyakit yang termasuk keadaan tersebut di atas adalah lichens planus, mucous
membrane pemphingoid, pemphingus dan gangguan vesicolobullous lain, termasuk
manifestasi oral epidermolysis bullosa dan ectodermal displasia. Gingiva
mengalami desquamasi atau lesi dengan keradangan oleh perubahan hormon pada
menopause atau gangguan keseimbangan dari hormon ovarium lainnya.
2) Gingivitis
Alergi
Gingivitis
diffuse, tampak lunak meluas dari marginal ke mucogingival junction. Dapat
terjadi oleh karena bahan pembuat chewing gum atau bahan yang terdapat dalam
pasta gigi atau bahan makanan.
3) Gingivitis
Infeksi
Hampir
semua bahan infeksi dari luar dapat menjadikan gingiva sarang infeksi. Bila
virus, lesi vascular. Yang lebih sering menyerang adalah herpes virus. Bakteri
dan fungsi yang bukan merupakan flora dalam mulut dapat menimbulkan kelainan
seperti misalnya candida albicans.
n. Pengobatan
Pada gingivitis kronis, menyikat
gigi dengan pasta-gigi berfluoride akan memperlambat perkembangan penyakit dan
bisa membantu penyembuhan. Kebanyakan sikat-gigi elektrik memiliki manfaat tambahan
dibanding sikat-gigi manual. Menyela-menyela gigi setiap hari dapat mengurangi
plak dan jumlah bakteri. Penelitian-penelitian terbaru menunjukkan bahwa
menyikat gigi yang diikuti dengan pencucian dengan chlorhexidine atau larutan
lain bisa memberikan hasil yang lebih baik ketimbang menyikat dan menyela-nyela
gigi saja (Lorenz, 2006; Zimmer, 2006). Obat-obatan spesifik perawatan gusi
sudah banyak tersedia (Trinata, 2002). Obat-obatan anti-inflammatory
nonsteroidal (NSAID) telah terbukti dapat mempercepat penyembuhan inflamasi
apabila gigi dibersihkan dan dikerak untuk menghilangkan plak (Taiyeb, 1993;
Johnson, 1990).
Pada pasien yang menderita ANUG (Gingivitis
ulceratice nekrosis akut), perawatan melibatkan antibiotic, NSAID, dan Xylocaine
topical untuk meredakan nyeri. Pencuci mulut dengan larutan garam bisa membantu
dalam mempercepat penyembuhan, dan pencucian mulit dengan larutan hydrogen
peroksida 3% juga bisa memberikan manfaat.
Kategori Obat : Antibiotik –
Agen-agen ini digunakan untuk membasmi infeksi bakteri yang merupakan
karakteristik utama dari ANUG. Di masa mendatang, antibiotic juga bisa
digunakan untuk mengobati gingivitis kronis sederhana, tapi belum ada bukti
yang mendukung untuk mempertimbangkan praktek ini, perawatan gingivitis bisa dijamin
jika bedah mulut direncanakan.
o.
Komplikasi
a. Gingivitis bukan sebuah ancaman
signifikan langsung terhadap kesehatan seseorang yang sehat, tapi bisa
memberikan kontribusi bagi penyakit dan menyebabkan komplikasi lokal dan
sistemik.
b. ANUG yang berkembang menjadi noma
terkait dengan tingkat mortalitas setinggi 70% tanpa antibiotic yang baik dan
debridement.
c. Komplikasi yang paling umum dari
gingivitis adalah berkembangnya menjadi penyakit periodontal dan kehilangan
gigi. Daerah-daerah gingivitis kronis bisa merentankan seseorang terhadap
perkembangan abscess odontogenik dengan membiarkan sebuah rute invasi bakteri
ke dalam ruang periodontal mulai dari poket gingival. ANUG bisa merusak secara
lokal dan bisa menyebabkan penyebaran infeksi lokal ke dalam jaringan di
sekitarnya (Vincent angina dan noma [cancrum oris]). Juga ada potensi untuk
penyebaran infeksi sistemik.
d. Osteomyelitis tulang alveolar bisa
terjadi meski tidak umum.
e. Setiap prosedur gigi yang melibatkan
manipulasi yang bisa menyebabkan perdarahan bisa menyebabkan endocarditis.
Keberadaan gingivitis dapat meningkatkan risiko ini dengan menjadikan gingival
lebih mungkin untuk berdarah dengan manipulasi sederhana (misalnya, scaling
gigi). Akumulasi plak yang mengandung bakteri dalam poket-poket gingival sangat
berdekatan dengan daerah-daerah gingival yang rusak, sehingga meningkatkan
kemungkinan keluarnya bakteri ke sirkulasi umum.
2.3 Memelihara
Kesehatan Gigi
Ada
banyak manfaat mulut bersih, seperti membuat napas menjadi segar, mulut
terlindung dari bakteri mulut, dan yang pasti juga dapat membuat kita percaya
diri. Dengan napas yang segar kita pun merasa nyaman saat berada di dekat orang
lain, tanpa perlu was-was orang tersebut akan mencium bau mulut Anda.
Kesehatan
Mulut adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada kesehatan rongga mulut.
Ini termasuk gigi, gusi dan lidah. Kesehatan mulut yang buruk dapat disebabkan
oleh luka, infeksi jamur, sariawan, sindrom mulut kering dan kanker mulut.
Namun, terkadang penyebab utama dari kesehatan mulut yang buruk bukanlah
penyakit berat tetapi hanya pola kebersihan mulut yang buruk, dan kebersihan
mulut yang buruk ini pada gilirannya menyebabkan kesehatan mulut yang buruk
pula.
Nutrisi
yang baik tidak hanya membuat kita sehat dan karenanya mencerminkan kesehatan
mulut kita, tetapi juga menghasilkan kesehatan mulut yang baik.
Kekurangan Vitamin A dapat menyebabkan gusi bengkak, gusi berdarah dan penyakit
gusi lainnya. Kalsium dan Vitamin D membantu menjaga kesehatan gigi yang
kuat juga. Kalsium dan Vitamin D akan diserap pada gigi dan karenanya
memberikan kekuatan pada gigi. Tembaga, Seng, Besi, Yodium dan Kalium juga
merupakan mineral penting yang baik bagi kesehatan mulut. Ini bekerja dengan
kalsium dan fosfor dan mencegah kerusakan gigi juga.
1)
Makanan Yang Boleh Dimakan Dan Yang Harus Dihindari
Apa
yang Anda masukkan ke dalam mulut Anda pasti memberi efek pada gigi Anda. Ada
berbagai cara di mana nutrisi mempengaruhi mulut dan gigi. Makanan kaya kalsium
dan fosfor baik untuk gigi Anda. Makanan kaya omega-3 dan asam lemak juga akan
membantu untuk meningkatkan kesehatan mulut Anda. Makanan dan minuman yang
meningkatkan produksi air liur baik untuk kesehatan mulut Anda. Air liur
bekerja secara alami menetralkan asam yang meningkatkan kerusakan gigi dan
pembusukan. Selain itu juga membantu membersihkan partikel makanan kecil yang
menempel di gigi Anda. Semua jenis makanan manis harus dihindari untuk
kesehatan mulut yang baik serta mencegah produksi asam dan kerusakan makanan
dan pembusukan.
Makanan yang
manis dan lengket seperti permen, es, caramel, minuman bersoda dan lain-lain
dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan gigi. Perbanyaklah mengkonsumsi
sayur-sayuran dan buah-buahan yang berserat dan berair yang baik untuk
kesehatan tulang dan gigi karena didalamnya mengandung vitamin C yang dapat
meningkatkan daya tahan tubuh. Contohnya adalah brokoli, semangka, jeruk, apel
dan sebagainya. Selain itu perlu juga menghindari makanan-makanan yang terlalu
panas atau dingin, makanan yang dapat menimbulkan bau mulut serta hindari
rokok.
2) Stres
dan Kesehatan Mulut
Mulut kering, kebiasaan
kertak atau mengeretak gigi (tooth grinding/bruxism) sering dikaitkan dengan
stres. pengabaian kesehatan mulut, dari mulai menghindari pemeriksaan gigi,
sampai melewatkan kegiatan menjaga kebersihan mulut yang sederhana seperti
flossing dan menyikat gigi dpat dipicu oleh stress. Stres dapat mengubah sikap
kita terhadap kesehatan gigi. Stres berarti pola makan yang buruk. Stres dan
dampaknya pada kesehatan mulut dan kesehatan secara umum bisa menjadi serius
dan mengancam jiwa, karenanya penting untuk mencoba tips-tips sederhana tentang
bagaimana menjaga kesehatan mulut dan gigi Anda.
2.5 Diet
Makanan
Diet yang dianjurkan terutama untuk
memperbaiki kesehatan gigi dan mulut :
1.
Mengusahakan diet
karbohidrat serendah mungkin yang disesuaikan dengan kebutuhan kalori dengan
menjaga agar kalori yang berasal dari karbohidrat tidak lebih dari 50% jumlah
kalori yang dibutuhkan per hari, tetapi tidak kurang dari 30%.
2.
Dalam konsumsi
karbohidrat sebaiknya dipilih bentuk larutan atau bentuk yang dapat segera
bersih dari rongga mulut, misalnya sayuran-sayuran hijau atau kuning, karena
merupakan karbohidrat yang baik dengan derajat retensi yang rendah sehingga
mengurangi pembentukan plak gigi dan adanya stimulasi aliran saliva.
3.
Mengurangi
makanan yang manis dan lengket seperti kue-kue, permen, dan coklat.
4.
Batasi jumlah
makan menjadi 3 kali sehari dengan menekan keinginan untuk makan diantara
jam-jam makan.
5.
Menambah masukan
dari makanan seperti daging, ikan yang kaya akan protein dan fosfat karena
dapat menambah sifat basa dari saliva.
2.4 Menyikat
Gigi
Menyikat gigi
dengan menggunakan sikat gigi adalah bentuk penyingkiran plak secara mekanis.
Tujuan menyikat gigi adalah untuk menyingkirkan dan mencegah terbentuknya plak,
membersihkan sisa-sisa makanan, debris atau stein, merangsang jaringan gingiva,
dan melapisi permukaan gigi dengan fluor.
·
Kontrol Plak
Plak di permukaan gigi
dapat dipakai sebagai indikator kebersihan mulut. Penumpukan plak dalam jumlah
sedikit yang tidak terlihat secara visual dapat dideteksi dengan disclosing
material. Disclosing material ini berguna untuk menilai serta
mendidik kebersihan mulut anak-anak, karena mudah untuk menerangkan
bagian-bagian yang masih perlu untuk dibersihkan lagi. Bahan
pewarna (disclosing material) yang biasa digunakan adalah iodine,
mercurochrome, bahan pewarna makanan seperti gincu kue berwarna merah dan bismarck
brown. Ada juga larutan fuschin dan eritrosin, tapi tidak dianjurkan
lagi karena terbukti bersifat karsinogenik. Bahan perwarana
ada yang berbentuk cairan dan tablet. Cara penggunaan bahan pewarna plak
tersebut :
a.
Bahan pewarna
cairan
Cairan pewarna diteteskan beberapa tetes ke kapas yang
dibulatkan, lalu dioleskan pada seluruh permukaan gigi, kemudian kumur dengan
air atau cairan pewarna dibiarkan di dalam mulut selama 15-30 detik baru
dibuang.
b.
Bahan pewarna
tablet
Tablet
dikunyah dan kemudian biarkan bercampur dengan saliva dan biarkan saliva di
dalam mulut sekitar 30 detik baru dibuang. Setelah mengetahui bagian-bagian
yang masih terdapat plak gigi, kita melakukan pembersihan secara mekanis
seperti menyikat gigi. Tindakan ini merupakan kontrol plak.
·
Manfaat menyikat gigi
setelah makan pagi
1. Mencegah
gigi berlubang, jika malam hari sudah menyikat gigi dan pagi harinya setelah
makan pagi menyikat gigi kembali, maka terjadinya risiko penumpukan plak dalam
rongga mulut kita secara otomatis akan berkurang sehingga akan mencegah risiko
terjadinya gigi berlubang.
2. Menyegarkan
napas, napas yang tidak sedap biasanya terjadi karena adanya kotoran di dalam
rongga mulut walau ada faktor lain penyebab bau mulut. Tetapi dengan menyikat
gigi setelah makan pagi, napas kita akan terasa lebih segar sebelum pergi
beraktifitas.
3. Menjadi
lebih percaya diri, memulai aktifitas kerja dengan napas yang segar dan gigi
yang bersih akan menambah percaya diri kita, kita bisa bebas tersenyum, bicara
dan tertawa.
·
Manfaat menyikat gigi
setelah makan pagi
1. Mencegah
gigi berlubang, jika malam hari sudah menyikat gigi dan pagi harinya setelah
makan pagi menyikat gigi kembali, maka terjadinya risiko penumpukan plak dalam
rongga mulut kita secara otomatis akan berkurang sehingga akan mencegah risiko
terjadinya gigi berlubang.
2. Menyegarkan
napas, napas yang tidak sedap biasanya terjadi karena adanya kotoran di dalam
rongga mulut walau ada faktor lain penyebab bau mulut. Tetapi dengan menyikat
gigi setelah makan pagi, napas kita akan terasa lebih segar sebelum pergi
beraktifitas.
3. Menjadi
lebih percaya diri, memulai aktifitas kerja dengan napas yang segar dan gigi
yang bersih akan menambah percaya diri kita, kita bisa bebas tersenyum, bicara
dan tertawa.
·
Manfaat menyikat gigi
sebelum tidur
Menurut informasi kesehatan yang dikutip
dari, dikatakan bahwa kuman akan semakin berkembang pada malam hari saat kita
sedang tidur, dimana mulut tidak melakukan aktifitas. Aktifitas kuman dimalam
hari biasanya akan meningkat 2x lipat dibandingkan pada siang hari, karena saat
tidur di mana mulut tidak melakukan aktifitas seperti makan, minum atau
ngobrol, air liur yang memang berfungsi sebagai antiseptik alami dalam mulut
kita akan berkurang, makanya kemampuan saliva yang berfungsi untuk menetralisir
kuman-kuman dalam mulut juga berkurang. Sehingga apabila menyikat gigi sebelum
tidur membuat kondisi mulut kita bersih dapat dipastikan tidak akan terjadi
karies atau peradangan pada gusi yang yang mengakibatkan terjadinya pembentukan
karang gigi karena plak yang tidak dibersihkan.
·
Cara menyikat gigi yang
baik dan benar
1. Pemilihan
sikat gigi yang benar
2. Gosok
gigi secara benar dan teratur 2x sehari
Gosok
gigi yang baik dan benar → sisa makanan dan plak dapat dibersihkan
a. Pilih
sikat gigi yang benar: gagang lurus, kepala sikat sesuai dengan mulut, bulu
sikat lembut karena yang keras dapat membuat gusi terluka dan menimbulkan
abrasi pada gigi, yaitu penipisan struktur gigi terutama di sekitar garis gusi.
Abrasi dapat membuat bakteri dan asam menghabiskan gigi karena lapisan keras
pelindung enamel gigi telah terkikis. Ganti sikat gigi jika bulu sikat sudah
rusak dan simpan di tempat yang kering sehingga dapat mengering setelah
dipakai. Jangan pernah meminjamkan sikat gigi kepada orang lain karena sikat
gigi mengandung bakteri yang dapat berpindah dari orang yang satu ke orang yang
lain meski sikat sudah dibersihkan.
b. Gosok
seluruh permukaan gigi serta lidah (untuk menyingkirkan bakteri dan agar napas
lebih segar).
c. Untuk
gigi atas gerakan sikat dari atas ke bawah dan sebaliknya.
d. Posisi
sikat gigi 45° di daerah perbatasan antara gigi dan gusi. Agar sisa makanan
yang mungkin masih menyelip dapat dibersihkan. Gunakan gerakan yang sama untuk
menyikat bagian dalam permukaan gigi.
e. Gosok
semua bagian permukaan gigi yang digunakan untuk mengunyah. Gunakan hanya ujung
bulu sikat gigi untuk membersihkan gigi dengan tekanan ringan sehingga bulu
sikat tidak membengkok. Biarkan bulu sikat membersihkan celah-celah gigi. Rubah
posisi sikat gigi sesering mungkin.
f. Untuk
membersihkan gigi depan bagian dalam, gosok gigi dengan posisi tegak dan
gerakkan perlahan keatas dan bawah melewati garis gusi.
g. Gunakan
odol secukupnya + fluor
Pasta gigi adalah bahan yang digunakan bersama-sama
sikat gigi untuk membersihkan dan memoles seluruh permukaan gigi. Fungsi utama
pasta gigi adalah membantu sikat gigi dalam membersihkan permukaan gigi dari
pewarnaan gigi dan sisa-sisa makanan, fungsi sekundernya untuk memperkilat gigi
dan mempertinggi kesehatan gingiva serta mengurangi bau mulut. Umumnya pasta
gigi mengandung bahan abrasif 20-40%, air 20-40%, pelembab 20-40%, detergen
1-2%, bahan pengikat 2%, bahan penyegar ±2%, bahan pemanis ±2%, bahan
terapeutik ±5%, dan pewarna <1%.4,28 Pasta gigi terapeutik dibagi dalam 2
kelompok yaitu:
1)
Pasta gigi terapeutik
yang tidak mengandung fluor seperti pasta gigi yang mengandung klorofil,
antibiotik, ammonium dan enzim inhibitor.
2)
Pasta gigi
terapeutik yang mengandung fluor untuk mencegah terjadinya karies gigi seperti
: sodium fluoride 0,22%, stannous fluoride 0,4% dan sodium
monofluorophosphate 0,76%.
Anak prasekolah sudah
dianjurkan untuk memakai pasta gigi yang mengandung fluor karena kemampuan
refleks penelanan anak sudah lebih baik, sehingga anak sudah dapat berkumur dan
meludahkan cairan yang terdapat dalam mulutnya.8 Jumlah pasta gigi yang
dioleskan hanya sebesar biji kacang polong kecil sehingga kadar fluor yang
masuk kedalam tubuh anak masih dalam batas yang normal walaupun anak menelan
pasta giginya serta untuk mencegah terjadinya fluorosis.
·
Waktu dan frekuensi
menyikat gigi
Menurut
American Dental Association (ADA) menyatakan bahwa pasien harus menyikat
gigi, secara teratur minimal dua kali sehari yaitu pagi hari setelah sarapan
dan malam sebelum tidur. Penelitian menunjukkan bahwa menyikat gigi sekali
sehari pada anak, menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor akan mencegah
terbentuknya karies gigi. Menyikat gigi khususnya pada malam hari sangat
penting, bertujuan untuk mencegah plak dan debris (sisa-sisa makanan) yang
melekat di permukaan gigi setiap malam.27 Lamanya penyikatan tidak ditentukan,
tetapi biasanya dianjurkan selama 2-3 menit.
·
Cara Membersihkan Gigi
2.7
Penambalan
Gigi
Penambalan gigi adalah suatu
tindakan perawatan dengan cara meletakkan suatu bahan tambal pada lubang gigi
yang telah dibersihkan. Bahan tambalan yang biasanya digunakan bermacam-macam
tergantung letak dan fungsi dari pada gigi tersebut. Penambalan gigi terhadap
gigi yang berlubang sebaiknya dilakukan sedini mungkin sebelum kelainannya
menjadi lebih berat lagi. Apabila penambalan dilakukan sedini mungkin,
kunjungan ke dokter gigi menjadi lebih sedikit, dalam artian sekali datang bisa
langsung dilakukan penambalan langsung. Apabila kelainannya sudah lebih berat,
maka gigi tersebut harus dilakukan perawatan terlebih dahulu sehingga
memerlukan kunjungan yang lebih banyak. Pada sekarang ini jenis bahan tambal
sudah lebih baik lagi, baik dari segi kekuatan atau pun kemiripan bahan tambal
dengan warna gigi, sehingga gigi yang sudah ditambal tidak terlihat telah di
tambal.
Secara garis besar, ada dua
tipe bahan restorasi gigi :
1. Restorasi langsung (direct restoration).
Proses
penambalan dilakukan dengan satu kali kunjungan. Yang termasuk dalam bahan
restorasi ini antara lain: amalgam gigi, semen ionomer kaca (SIK), resin
ionomer, dan beberapa golongan resin komposit.
2.
Restorasi tidak
langsung (indirect restoration).
Umumnya
dilakukan kunjungan minimal dua kali atau bahkan lebih, tergantung jenis
perawatannya. Yang termasuk restorasi ini antara lain: inlays, onlays, veneers
(pelapisan gigi), mahkota dan jembatan yang dibuat dengan emas, bahan dasar
metal alloys, keramik atau komposit. Restorasi ini biasanya juga melibatkan
pekerjaan laboratoris. Dokter gigi akan melakukan prosedur pencetakan pada
pasien untuk memperoleh model gigi dan rongga mulut pasien.
3. Veneer
(pelapisan gigi) adalah perawatan gigi yang dilakukan pada gigi yang tidak
beraturan ringan dan gigi dengan bentuk tidak normal
4.
Crown (selubung gigi) dilakukan pada gigi yang patah,
kerusakan yang luas, dan gigi yang tidak bisa ditambal. Gigi yang patah
dibuatkan selubung gigi, sedangkan bridge merupakan cara perawatan untuk
mengisi celah dari satu atau lebih gigi yang hilang. Perawatan ini dilakukan
karena kehilangan satu gigi dan adanya masalah gigitan dan sendi rahang yang
ditimbulkan dari gigi yang sudah bergeser.
2.8
Pencabutan
Gigi
Pencabutan gigi dilakukan apabila
gigi tersebut sudah tidak dapat lagi dipertahankan dan apabila gigi tersebut
menjadi penyebab dari infeksi di dalam ronggan mulut dan dapat menyebabkan
kelinan ke organ yang lainnya. Sebagai salah satu contoh gigi yang harus
dicabut ialah gigi rahang bawah yang paling ujung dan tertanam dan menyebabkan
sakit dan bengkak, bahkan dapat menyebabkan kesulitan buka mulut. Karena
terjadi peradangan disekitar gigi tersebut dan mempengaruhi jaringan otot
disekitarnya sehingga ototnya menjadi tegang dan sulit untuk membuka mulut,
pencabutan gigi ini termasuk ke dalam operasi karena tingkat kesulitannya
dibandingkan pencabutan gigi yang biasa.
2.9 Kontrol Enam Bulan Sekali
Meskipun
mungkin tidak terdapat keluhan apapun dari rongga mulut, tetapi pemeriksaan
gigi sebaiknya dilakukan 6 bulan sekali. Hal tersebut berguna untuk mencegah
perkembangan penyakit gigi dan gusi lebih lanjut. Pemeriksaan gigi yang
dilakukan 6 bulan sekali setidaknya sekaligus untuk dilakukan pembersihan
karang gigi atau yang biasa disebut dengan scaling oleh dokter gigi.
Mengunjungi dokter gigi untuk melakukan pemeriksaan tidak hanya bermanfaat
untuk mengetahui jika ada kelainan yang berkembang di rongga mulut. Namun juga
dapat untuk mengetahui jika ada perkembangan penyakit sistemik yang
bermanifestasi di rongga mulut. Jika dokter gigi mendapati kondisi demikian,
biasanya akan merujuk pada dokter yang berkompeten.
Masalah gigi berlubang masih banyak dikeluhkan baik
oleh anak-anak maupun dewasa dan tidak bisa dibiarkan hingga parah karena akan
memengaruhi kualitas hidup. Karena itulah, untuk mencegahnya, minimal
periksakan kondisi gigi ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali.
Menurut Drg Ratu Mirah Afifah GCClindent., MDSc,
Professional Relationship Manager Oral Care, PT Unilever Indonesia, Tbk,
permasalahan gigi akan menyebabkan seseorang mengalami rasa sakit,
ketidaknyamanan, cacat, infeksi akut dan kronis, gangguan makan dan tidur serta
memiliki risiko tinggi untuk dirawat di rumah sakit. Akibatnya, akan
membutuhkan biaya pengobatan tinggi dan berkurangnya waktu belajar di sekolah.
Dicontohkan, di Indonesia, sakit gigi bisa berakibat
seseorang kehilangan waktu kerja atau sekolah rata-rata 4 hari
setiap bulannya dan hal ini juga terjadi di negara maju seperti Amerika Serikat
dimana lebih dari 51 juta jam sekolah hilang setiap tahunnya dikarenakan
penyakit gigi dan mulut. "Untuk itulah, dianjurkan perlunya mengunjungi
dokter gigi setiap 6 (enam) bulan sekali untuk mencegah, mendeteksi secara dini
bila ada kelainan dan mendapatkan perawatan gigi segera sebelum keadaan menjadi
parah. Disebutkan, data global juga menunjukkan bahwa penyakit gigi dan mulut
menjadi masalah dunia yang dapat mempengaruhi kesehatan secara umum dan
kualitas Kesehatan.
Seperti general
check up kesehatan tubuh dari mata, telinga, denyut jantung, tekanan
darah, hingga urine dan tinja, pemeriksaan
gigi bermaksud untuk pencegahan penyakit gigi dan mulut akan meneropong
kondisi rongga mulut secara menyeluruh, meliputi kondisi gusi, ludah, bau
mulut, gigi, termasuk email gigi. Berdasarkan kondisi inilah bisa dilakukan
penanggulangan.
Kondisi gusi diperiksa untuk mengetahui apakah ada perdarahan atau radang
gusi (gingivitis) dengan alat yang disebut WHO probe. Gusi di tiap gigi ditekan
ringan. Kalau tak sehat, dengan tekanan ringan saja gusi akan berdarah. Kalau
terjadi radang gusi, karena terjadi di jaringan penyangga gigi, risiko gigi
tanggal mencapai 1 – 6 kali. Karena masuknya kuman dapat menyebabkan radang
gusi, terutama dari jenis anaerob. Masuknya kuman itu bisa terjadi jika
kebersihan kurang terjaga. Gejala radang gusi yang mudah dirasakan adalah saat
sikat gigi, gusi berdarah, dan linu saat minum dingin atau asam.
Jika masih ringan, penanganannya bisa dilakukan dengan
menyikat gigi secara benar. Sebaliknya, bila sudah terjadi kelainan, misalnya
terbentuk kantung gusi karena gingivitis, tindakan medis mesti dilakukan. Bila
ukuran kantung gusinya berkisar 3 – 5 mm, dilakukan pembersihan dengan dikuret.
Bila kantung gusi telah lebih dari 6 mm, tenpaksa dilakukan operasi gusi.
Sedangkan kondisi
ludah yang diperhatikan adalah jumlah, kekentalan, kadar keasaman, dan
protein. PH ludah normal adalah 6 – 7. Makin cair makin bagus. Kalau terlalu
kental, mulut akan kering karena kekurangan enzim pengendali jumlah kuman. Dengan
bertambahnya usia, bisa terjadi syorgan syndrome, berkurangnya produk si ludah.
Keadaan ini bisa ditanggulangi dengan pemberian obat. Juga dibantu dengan
perilaku sehat, yaitu banyak berkumur dan minum.
Kalau ada yang berlubang, ya ditambal. Kalau sudah ada
yang ompong, meskipun terletak di bagian dalam yang tak terlihat bila
tersenyum, sebaiknya dipasangi gigi palsu. Ini penting, karena gigi selalu
mencari kontak baru. Kalau ada lawannya, ia akan berhenti bergerak. Gigi palsu
itu bukan sekadar untuk tampil cantik, tapi untuk membantu memperbaiki dan
mempertahankan struktur.
Jika gigi berlubang dan ompong dibiarkan, kita akan
cenderung mengunyah di sisi gigi yang tak berlubang dan ompong. Padahal, posisi
mengunyah yang ideal harus seimbang. Sisi yang tak dipakai mengunyah akan
membuat makanan di sana tak hancur, lama-lama karang gigi menutup permukaan
gigi. Jika dibiarkan, akan berpengaruh ke otot leher hingga timbul keluhan
pusing. Rahang sendi pun bisa berkelainan, karena fungsi gigitan tak seimbang.
Akhirnya, bisa mengganggu fungsi pendengaran.
BAB III
KESIMPULAN
Gigi yang sehat adalah gigi
yangrapih, bersih, bercahaya dan didukung oleh gusi yang sehat, yaitu gusi yang
kencang dan bewarna merah muda. Untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut yang
optimal, maka harus dilakukan perawatan secara berkala, sehingga didapatkan
kondisi gigi dan jaringan rongga mulut yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai
dengan memeriksakan kesehatan gigi dan mulut ke dokter gigi setiap enam bulan
sekali dan bukan hanya apabila terdapat keluhan saja.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28136/5/Chapter%20I.pdf. diakses tanggal 19
November 2012)
Anonim. 2012.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21346/6/Chapter%20I.pdf.
diakses tanggal 19 November 2012)
Anonim. 2012.pentingnya
sikat gigi sebelum tidur.http://carahidupsehat.info/pentingnya-sikat-gigi-sebelum-tidur.html.(diakses
tanggal 19 November 2012)
Anonim.2012. 10 Cara
Menggosok Gigi yang Baik. http://www.pre ventionindonesia.com/a rticle.php?name=/10-cara-menggosok-gigi-yang-baik&channel=.(diakses Minggu 18 November 2012
pukul 22.30 WIB)
Anonim.2012.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16868/4/Chapter%20II.pdf. ( diakses Minggu 18
November 2012 pukul 22.30 WIB)
Anonim . Karies Gigi. http://repository.usu.ac. id/bitstream/123456789/ 20092/4 /Chapter % 20II.pdf
.(diakses Minggu 18 November
2012 pukul 22.30 WIB)
Anonim. Karies Gigi. http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-395-758510795-bab %20ii.docx%20new%20prop.pdf
.(diakses Minggu 18
November 2012 pukul 22.33 WIB)
Anonim. 2012.http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/ed1mei102831_2087-0051.pdf(diakses
tanggal 19-11-2012)
Anonim.2012. Penambalan
Gigi. http://www.kedokterangigi.net/arsip/journal-penambalan-gigi-pdf.html
(diakses tanggal 19-11-2012)
Jeni, Amelia. Dental
Caries. http://staff.ui.ac.id /internal/140142719 /material/ DENTAL CARIES.pdf
.(diakses Minggu 18
November 2012 pukul 22.34 WIB)
Kedokteran
Gigi.net. 2011. Informasi Seputar Penyakit Gusi. http://www.kedokterangigi.net / 483/informasi-seputar-penyakit-gusi.html(diakses
tanggal 19 November 2012)
Kedokteran
Gigi .net. 2011. Informasi Seputar Penyakit Gigi. http://www.kedokterangigi .net/208/info-seputar-kesehatan-gigi.html.
(diakses tanggal 19 November 2012)
Kedokteran Gigi .net. 2011. Nutrisi
untuk menjaga kesehatan mulut http://www .kedokterangigi.net/313/nutrisi-untuk-menjaga-kesehatan-mulut.html
Novrinda,
Herry. Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut. Dept. Ilmu Kesehatan Gigi
Masyarakat-Pencegahan. FKG-UI
Rilhardian,
Taufiq, 2012. Manfaat Menggosok Gigi.
http://lifestyle .kompasiana .com/catatan/2012/06/21/manfaat-menggosok-gigi/.(diakses Minggu 18 November 2012
pukul 22.30 WIB)
Zahrah.
2008. Karya Tulis. (internet) http://Karyatulis-Zha.blogspot.com/.(diakses
tanggal 19-11-2012)
makalah kesehatan yang bagus sekali, layak menjadi rujukan.
ReplyDeletecara mengatasi penyakit maag
Hai kak yuk di cek , disini nih http://toothsss.dinstudio.com/.
ReplyDeleteAmalan Penyembuh Sakit Gigi Berupa Video
ReplyDeleteSudah Dilihat Lebih Dari 23K Orang
Sudah Lebih Dari 23K Yang Sudah Mengamalkannya
Sudah Terbukti Manjur Dan Ampuh
Klik Link Berikut Ini Untuk Tahu Cara Pengamalannya
https://dik.si/SGigi